Jumat, 12 November 2010

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

A.   MALARIA
Identifikasi
Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang disebabkan oleh protozoa (genus plasmodium) yang hidup intra sel (Iskandar Zulkarnain, 1999). Malaria adalah penyakit infeksi yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali. Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut Plasmodium. Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria:
  1. Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan kematian.
  2. Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
  3. Malariae, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.
  4. Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.
Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan membelah diri.
Penyelidikan Epidemiologi (PE)
Pada penyelidikan ini harus benar-benar dilakukan pencarian penderita dengan memeriksa jentik-jentik nyamuk yang mengandung parasit Plasmodium dengan radius sekurang-kurangnya 100 meter, serta tempat-tempat yang diduga sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles. Seperti  Selain itu, menyelidiki juga kebiasaan warga yang terkena malaria dengan mengisi kuisioner yang telah dibuat.
Tindakan dan Pengobatan:
  1. Memutus rantai penularan dengan memilih mata rantai yang paling lemah. Mata rantai tersebut adalah penderita dan nyamuk malaria.
  2. Seluruh penderita yang memiliki tanda-tanda malaria diberi pengobatan pendahuluan dengan tujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan mencegah penularan selama 10 hari.
  3. Bagi penderita yang dinyatakan positif menderita malaria setelah diuji di laboratorium, akan diberi pengobatan secara sempurna.
  4. Bagi orang-orang yang akan masuk ke daerah endemis malaria seperti para calon transmigran, perlu diberi obat pencegahan.
Tindakan-tindakan Pencegahan:
  1. Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai obat nyamuk bakar, menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk berkembang di rumah.
  2. Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah endemis malaria.
  3. Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur, semak-semak sekitar rumah, genangan air, dan kandang-kandang ternak.
  4. Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci dengan menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat nyamuk bertelur.
  5. Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit. Atau dengan memberi sedikit minyak pada air yang tergenang.
  6. Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering atau pengeringan sawah secara berkala
  7. Menyemprot rumah dengan DDT.

B.       CAMPAK
Identifikasi
Campak adalah salah satu yang paling umum infeksi menular anak-anak disebabkan oleh virus Rubella.Penyakit ini adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, ditandai dengan demam, batuk, pilek, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak pra sekolah dan anak-anak SD, meskipun tidak menutup kemungkinan menyerang orang dewasa yang belum pernah terkena penyakit ini. Jika orang sudah terkena campak maka sepanjang hidupnya tidak akan terkena penyakit ini lagi. Gejala-gejala yang nampak pada penderita campak antara lain; demam tinggi, bintik putih pada bagian dalam pipi sebelah depan gigi geraham, mata merah dan berairi, tenggorokan sakit, pilek, batuk kering. Terkadang jika penderitanya anak-anak akan terjadi muntah-muntah, diare, bintik di belakang telinga.
Penyelidikan Epidemiologi (PE)
Penyelidikan epidemiologi penyakit campak yaitu pencarian penderita/tersangka campak lainnya dengan cara melakukan investigasi terhadap orang-orang yang rentan yang terpajan.
Pengobatan dan pencegahan

Campak dapat dicegah dengan imunisasi dengan vaksin MMR (gondong, campak dan rubella) dan sekarang diberikan pada awal 12 atau 15 bulan dari anak, bersama dengan dosis penguat pada usia 4 hingga 6 tahun atau 10-12 usia. Kiranya, orang yang rentan yang terpajan diberikan imunisasi untuk mencegah penularan penyakit. Vaksin virus hidup bila diberikan dalam waktu 72 jam setelah terpajan dapat memberikan perlindungan. IG dapat diberikan dalam waktu 6 hari setelah terpajan bagi anggota keluarga yang rentan dan bagi kontak lainnya dimana orang-orang tersebut mempunyai resiko komplikasi sangat tinggi (terutama kontak yang berumur di  bawah 1 tahun, wanita hamil atau orang-orang dengan kelainan imunologis) atau diberikan kepada orang yang mempunyai kontra indikasi terhadap vaksinasi campak. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang menganjurkan imunisasi campak untuk semua bayi, anak remaja dan dewasa muda yang masih rentan. Memberikan imunisasi campak sebagai persyaratan bagi anak-anak yang akan masuk sekolah dan bagi anak-anak pada pusat penitipan anak sampai dengan mahasiswa perguruan tinggi.

C. TUBERKOLOSIS PARU
Identifikasi
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabakan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan adalah penderita TB BTA positif. Penderita menyebarkan kuman diudara dalam bentuk droplet ( percikan dahak ).
Penyelidikan Epidemiologi
Untuk proses penyelidikan, langkah yang pertama yaitu memasstikan sumber penularan TBC. Melakukan pencarian berapa jumlah penderita khususnya dalam satu ruang lingkup yang berdekatan atau di tempat-tempat umum yang memungkinkan menjadi sumber penularan TBC. Setelah itu. memeriksa  spesimen dahak kepada orang-orang yang terduga menderita TBC.
Tindak Lanjut :
Apabila  ditemukan penderita lain > 3 orang, maka perlu dilakukan pemisahan / isolasi antara penderita yang sudah pasti mengidap TB dengan orang-orang di sekitarnya agar tidak menulari. Perlu juga dilakukan sosialisasi mengenai TBC dan waspadai cara penularannya serta lakukan vaksinasi BCG. Jika tidak ditemukan, cukup dengan sosialisasi TBC kepada warga dan menghimbau warga untuk mengenakan masker.
1.       Pencegahan :
Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2.      Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara pencegahan, serta manfaat penegakan diagnose dini.
3.      Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
4.      Vaksinasi BCG
5.      Menggunakan isoniazid (INH) sebagai pengobatan preventif untuk mencegah progesivitas infeksi TB laten menjadi TB klinis
6.       Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
7.      Mengurangi dan menghilangkan adanya kepadatan hunian.
8.       Memberikan imunisasi BCG terhadap mereka yang tidak terinfeksi TB (tes tuberculin negatif), lebih dari 90% akan memberikan hasil tes tuberculin positif.
9.      Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara dini

D.            LAHIR MATI / KEMATIAN BAYI
Identifiksi
 Kasus kematian bayi memiliki 2 faktor penyebab yaitu factor dari ibu dan dari bayi itu sendiri, maka perlu ditentukan factor utama penyebab kematian bayi di daerah tersebut apakah berasal dari factor ibunya, bayi itu sendiri atau dari factor-faktor lain yang berpotensi mempengaruhi seperti bagaimana kualitas pelayanan kesehatan khususnya untuk ibu mengandung dan melahirkan. Prediksikan juga bagaimana tingkah laku sosial, tingkat pendidikan dan ekonomi rata-rata penduduk di daerah setempat. Lakukan pula pencarian jumlah korban kematian bayi dan seberapa seringnya korban meninggal untuk mengetahui seberapa besar masalah tersebut dan frekuensinya.
Penyelidikan Epidemiologi
Jika sudah diketahui factor utama penyebab masalah kematian bayi, segera rujuk dan lakukan kontroling terhadap masalah tersebut. Jika penyebab utamanya berasal dari sang Ibu maka perlu dilakukan beberapa pengananan lebih lanjut, seperti perbaikan gizi ibu, penjedaan masa kehamilan, pemeriksaan kandungan secara berkala, berikut juga dengan pengadaan tenaga medis yang terlatih. Berkoordinasi dengan pemerintah dan organisasi-organisasi kemasyarakatan yang berwenang di bagian pelayanan kesehatan di daerah tersebut, ikut melakukan sosialisasi pada warga untuk memancing peran serta masyarakat khususnya para ibu di usia subur dan penambahan bidan/ tenaga medis di daerah tersebut. Jika jumlah korban sudah melebihi batas normal ( banyak korban dalam jangka waktu singkat ) perlu dilakukan penanganan serius seperti perlu diberi rujukan kepada tenaga medis yang terlatih.
Pencegahan dan penanggulangan:
Angka kematian bayi baru lahir dapat dicegah dengan intervensi lingkungan dan perilaku. Upaya penyehatan lingkungan seperti penyediaan air minum, fasilitas sanitasi dan higienitas yang memadai, serta pengendalian pencemaran udara mampu meredam jumlah bayi meninggal. Untuk itu pemerintah tidak lelah mengampanyekan pentingnya upaya kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat. Perawatan sederhana seperti pemberian air susu ibu (ASI) dapat menekan AKB. Telah terbukti, pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian bayi dan bahkan 19/0 jika dikombinasikan dengan makanan tambahan bayi setelah usia 6 bulan.
E.    KEMATIAN IBU
Identifikasi
Kematian ibu adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan, atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, disebabkan oleh apa pun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainnya. 
                  
Penyelidikan Epidemiologi
Menentukan factor utama penyebab kematian Ibu di daerah tersebut dan factor-faktor lain yang berpotensi mempengaruhi seperti bagaimana kualitas pelayanan kesehatan, perilaku individu serta keturunanny dari ibu mengandung dan melahirkan. Setelah itu memprediksikan bagaimana tingkah laku sosial, tingkat pendidikan dan ekonomi rata-rata penduduk di daerah tersebut. Selanjutnya melakukan pencarian jumlah korban kematian ibu dan seberapa banyak korban meninggal untuk mengetahui seberapa besar masalah dan frekuensinya.

Tindak Lanjut :
- Penanganan :
1. Sosialisasi program KB yang memungkinkan ibu yang mempunyai resiko kelahiran dengan resiko kematian ibunya tidak jadi melahirkan karena ikut KB.
2. Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan Rujukan dan evaluasi pelayanan kesehatan daerah setempat karena pelayanan kesehatan ( klinik ) yang makin sempurna telah menyelamatkan banyak sekali ibu dari kematiannya.
3. Pendekatan dan prioritas terhadap sasaran dimana sasaran yang dipilih adalah Ibu dan pasangan usia subur dimana ibu menjadi titik sentralnya. Pendekatan sasaran itu harus menghasilkan suatu upaya dengan komitmen dan perhatian yang berkelanjutan.
4. Perbaikan jaringan pelayanan kesehatan, seperti pengadaan tenaga terlatih di pedesaan serta peningkatan kemampuan Puskesmas
REFERENSI
Chin, James, MD, MPH. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta: Infomedika